FILSAFAT Càrvàka
1.
Sumber dan ruang lingkup Càrvàka
Nama yang diberikan terhadap ajaran
yang memandang materi sebagai satu-satunya realitas, adalah materialisme. Ajaran
ini mencoba untuk menjelaskan pikiran dan kesadaran sebagai hasil dari materi.
Dalam anggapan umum, materialisme menyatakan kecenderungan-kecenderungan yang
berusaha untuk menurunkan yang lebih tinggi menuju yang lebih rendah atau
menjelaskan fenomena yang lebih tinggi dalam sinar penerangan yang lebih
rendah. Dalam hal ini ia bertentangan dengan penafsiran spiritual tentang alam
semesta.
Walaupun materialisme dalam beberapa
bentuknya selalu dimunculkan di India, dan sekali-sekali referensinya dijumpai
dalam kitab Veda, kepustakaan Bhuddhis, kitab-kitab
Epos, demikian juga dalam karya-karya filsafat belakangan ini, kita tidak
menemukan suatu karya sistematis mengenai materialisme ini atau pun suatu
aliran pemikiran para pengikutnya yang terorganisir seperti yang dimiliki
aliran pemikiran filosofis lainnya. Tetapi, untuk menjaga nama baiknya, hampir
setiap karya aliran filsafat lain menyatakan pantangan materialistis ini.
Pengetahuan materialisme India terutama didasarkan pada hal ini.
’Càrvàka’ adalah sebuah kata yang umumnya menyatakan ’materialistis’.
Tetapi makna aslinya terselubungi dalam kerahasiaan. Menurut pandangan
seseorang, kata ’Càrvàka’ aslinya merupakan nama seorang bijak
yang mengemukakan sistem materialisme ini. Nama umum ’Càrvàka’ diambil dari
nama beliau dan yang berarti para pengikut dari orang bijak tersebut, yaitu
kaum materialistis. Menurut pandangan lainnya, kata ’Càrvàka’ aslinya
bahkan merupakan suatu nama uraian umum yang diberikan kepada seorang
materialistis, apakah karena ia menganjurkan ajaran tentang ’makan, minum
dan menikah’ (càrv - makan), atau pun karena kata-katanya
menyenangkan dan manis (càru - manis; vat -
kata-kata). Beberapa orang penulis juga menganggap Båhaspati sebagai
pendiri sistem materialisme ini. Pandangan ini didasarkan pada
kenyataan-kenyataan berikut:
- bahwa beberapa buah puji-pujian Veda, yang secara tradisi dilukiskan Båhaspati, sebagai putra Loka, ditandai oleh semangat revolusi dan kebebasan berpikir;
- bahwa dalam kitab Mahàbhàrata dan dimanapun juga, pandangan materialistis dikatakan Båhaspati, dan
- bahwa, kira-kira selusin sùtra dan úloka dikutip dan diambil sebagai referensi oleh berbagai penyusun yang berbeda-beda, sebagai ajaran materialistik dari Båhaspati.
Bahkan beberapa orang mengatakan bahwa Båhaspati,
sebagai gurunya para dewa, telah menyebar luaskan pandangan materialistis ini
diantara para raksasa (sebagai musuh para dewa) sehingga dengan mengikuti
ajaran-ajaran yang menarik hati ini mereka sampai pada kehancurannya.
Tetapi, siapapun pendiri dari sistem
materialisme ini, ’Càrvàka’ telah menjadi sinonim dari ’materialistis’.
Kata yang dipergunakan untuk menyatakan materialisme juga adalah ’lokàyatamata’,
yaitu pandangan orang awam; sehingga seorang materialistis juga disebut lokàyatika.
Walaupun gagasan materialistis terpencar-pencar disana sini, mereka dapat
disistematisir dan disajikan atas dasar 3 pokok utama, yaitu: epistemologi,
metafisika dan etika.
-------
Dalam sebuah manuskrip yang diketemukan
baru-baru ini, yang disebut Tattvopaplavasiýha, kita mendapatkan contoh menarik tentang
skeptisisme mutlak India. Penulisnya,
Jayaràúi, barangkali di
sekitar abad ke-8 AD dipercaya sebagai seorang Càrvàka (Lokàyatika), tipe yang ekstrim. Ia bersikap skeptisisme Càrvàka
umumnya pada kesimpulan logisnya dengan menentang keabsahan pengetahuan
perseptual sekali pun dan menolak untuk menerima keberadaan unsur-unsur fisik.
Dengan dialektika penghancuran tak henti-hentinya ia menyingkapkan
kelemahan-kelemahan dari semua sumber pengetahuan yang umum diterima. Bagaikan
seorang pragmatis anti intelektual ia menyimpulkan bahwa dengan menolak segala
prinsip-prinsip teoritis dan doktrin-doktrin praktis sekali pun, kehidupan akan
tetap berjalan selamanya tanpa masalah perenungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar